Nasionalisme diPerbatasan

Saturday, May 1, 2010 |

Pontianak, Kuatnya ketergantungan dengan Malaysia mengancam lemahnya rasa nasionaliosme warga perbatasan di Kalbar. Keseriusan pemerintah pusat harus sangat diharapkan, sebelum jiwa nasionalisme masyarakat perbatasan luntur.
“Siapa saja tahu bagaimana kondisi masyarakat kita di perbatasan. Harusnya pemerintah pusat berkaca supaya juga bisa merasakan bagaimana sakitnya hidup di wilayah perbatasan Kalbar,” kata Lasarus SSos, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sintang kepada Equator, Selasa (10/2).
Lunturnya nasionalisme masyarakat perbatasan sudah mulai tampak. Terbukti, ditemukannya anak-anak yang sekolah di Malaysia karena memiliki identitas card (IC) atau kartu identitas yang diperoleh sejak lahir. Itu salah satu dampak dari lemahnya pelayanan kesehatan di perbatasan sehingga warga setempat lebih memilih melahirkan di Malaysia. “Kalau kondisinya sudah seperti itu, maka sejak dilahirkan hingga ke tua, warga kita terus bergantung dengan Malaysia. Saya yakin, mereka lebih memilih Malaysia karena negerinya sendiri tidak bisa memberikan pelayanan yang baik. Ditinjau dari hukum internasional, posisi Indonesia lemah apabila menarik warganya yang telah memiliki kartu identitas Malaysia,” ungkap Lasarus.
Caleg DPR-RI dari PDI-P itu mengatakan siapa yang harus disalahkan apabila warga perbatasan lebih condong ke Malaysia. Sementara pemerintah pusat mengetahui kondisi warganya yang memiliki ketergantungan sangat tinggi dengan Malaysia. Harusnya pemerintah pusat tanggap dengan kondisi warganya di perbatasan.

“Bohong kalau pemerintah pusat tidak memiliki kemampuan untuk membangun perbatasan. Secara pribadi banyak keluarga saya yang lebih memilih tinggal di Malaysia bahkan ada yang menjadi warga negara setempat. Mereka melakukan itu karena merasa tinggal di Malaysia lebih makmur daripada di Indonesia,” tegas Lasarus.
Lasarus mendesak pemerintah pusat membangun wilayah perbatasan. Warga setempat yang memiliki IC harus kembali lagi ke negeri asalnya dengan mengantongi Kartu Tanda Penduduk (KTP) di dompetnya. “Ini perlu dilakukan, sebelum rasa nasionalisme mereka hilang dan memilih Malaysia sebagai negaranya,” ujarnya. (amk)
Sumber :www.equator-news.com

0 komentar:

Post a Comment